Sewaktu Nabi Ibrahim AS mendapatkan wahyu untuk hijrah menuju Baitul Maqqodas
Pelestina sedikit ada rasa gundah dalam hatinya dengan terus bertambahnya umur namun
belum juga dikaruniai ketururan yang akan meneruskan dakwah, karenanya sesampai
di Baitul Maqqodas berdo’alah Ia dengan sungguh-sunggug kepada Allah Swt:
رَبِّ هَبْ
لِى مِنَ الصَّـالِحِينَ
Wahai Tuhanku, Kurniakanlah kepadaku anak keturunan yang terhitung dari
orang-orang yang sholeh.(Qs. Ash-shoffat,100)
Do’a Nabi Ibrahim As diwujudkan oleh Allah Swt dengan lahirnya putra beliau
bernama Ismail yang mempunyai sifat halim murah hati, penyantun dan penyabar.[1]
Namun belum lama kebahagian Nabi Ibrahim As dengan adanya putra beliau yang sudah mulai tumbuh dewasa[2]
beliau diingatkan lewat mimpi atas sebuah nazar yang pernah diucapankannya, yakni sewaktu Nabi Ibrahim AS
pernah mengorbakan 1000 ekor kambing, 300 ekor lembu dan 100 ekor unta yang
membuat masyarakat bahkan para malaikat amat kagum dengan perbuatannya, Hinggalah
beliau berkata, "Semua yang menjadi qurbanku itu belumlah menjadi apa-apa
bagiku. Demi Allah, kalau aku mempunyai anak lelaki, tentu aku akan persembahkan
juga di jalan Allah dan aku korbankan dia untuk Allah SWT."
Ibnu Abbas Ra berkata[3]:
"Ketika pada malam tanggal 8 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim As tidur dan
bermimpi ada yang berkata: "Hai Ibrahim, tunaikanlah nazarmu!". Maka keesokan
harinya Nabi Ibraom As berfirkir tentang mimpiya tersebut, apakah mimpinya itu
dari Allah atau dari syaitan?. Adapun "Berfikir" dalam bahasa
Arab disebut "Tarawwana" (kata kerja), sedangkan kata bendanya
disebut "Tarwiyah", oleh karnanya hari itu 8 Zulhijjah disebut
dengan hari Tarwiyah.
Pada malam selanjutnya, Nabi Ibrahim As bermimpi untuk kali keduanya dengan
ihwal yang sama, maka pada esok harinya tanggal 9 Dzulhijjah, dia mulai
mengerti bahwa mimpi tersebut berasal
dari Allah Swt. Adapun “Mengerti” dalam bahasa Arab diebut "Arafa"
(kata kerja), sedangkan kata bendanya\ adalah "Arafah".
Oleh sebab itu hari 9 Dzulhijjah dinamakan hari Arafah, dan tempat peristiwa tersebut juga dinamakan tanah Arafaat.
Kemudian dimalam ketiganya, Nabi Ibrahim As kembali bermimpi hal yang sama. Maka yakinlah Nabi Ibrahim As akan
mimpinya atas perintah untuk melaksanakan nazar yang pernah diucapakanya, yaitu
menyebelih putra tercintaya. Maka esok harinya bertempat di Mina, berkatalah Nabi Ibrahim As kepada puteranya Nabi Ismail As:
Wahai
anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!"[4]
Nabi
Ismail As menjawab:
Wahai ayahku! Lakukanlah apa
yang diperintahkan Allah Swt kepada engkau bapaku insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang
yang sabar."[5]
Mendengar
kata-kata puteranya itu, Nabi Ibrahim As menyadari bahawa permohonannya kepada
Allah Swt benar-benar dikabulkan mempunyai keturunan yang sholih yang ada pada
diri Nabi Ismail As. Memuji dan bersyukur kepada Allah Swt dengan
sebanyak-banyaknya di ucapkannya kemudian.
Lalu ketika keduanya telah berserah diri, Nabi Ibrahim As membaringkan putranya
diatas pelipisnya, untuk melaksanakan perintah Allah. Lalu datanglahlah wahyu:
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا
إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي
الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ (106)
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ (108)
سَلامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109) كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (110) إِنَّهُ
مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ(111)
Artinya:
Lalu Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu, Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(105) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.(106) Dan Kami tebus anak tersebut dengan seekor sembelihan yang besar.(107) Dan Kami abadikan untuk Ibrahim pujian di kalangan orang-orang yang datang kemudian(108) "Salam sejahtera bagi Ibrahim."(109)Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(10) Sungguh, dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman(111) (Qs. Ash-Shoffat).
Lalu Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu, Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(105) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.(106) Dan Kami tebus anak tersebut dengan seekor sembelihan yang besar.(107) Dan Kami abadikan untuk Ibrahim pujian di kalangan orang-orang yang datang kemudian(108) "Salam sejahtera bagi Ibrahim."(109)Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(10) Sungguh, dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman(111) (Qs. Ash-Shoffat).
Adapun menyembelih bahasa arabnya "Nahara"
kata kerja, dan kata bendanya "Nahrun", maka hari itu
disebut Nari Nahar.[6]
Dan hari Nahar itulah Iblis tidak henti-henti berusaha menggagalkan usaha Nabi
Ibrahim As menjalankan perintah Allah Swt, hingga tiga kali Iblis mendapat
lemparan batum keadaan tersebut diabadikan dalam bentuk melontar jamrah di dalam ibadah haji.
Oleh. iqbal
artinya Maka ketika anaknya itu
sampai ke peringkat umur yang membolehkan dia- berusaha bersama-sama dengannya.
ulama tafsir mengatakan 7 tahun, ada juga yang mengatakan 13 tahun
[3] قال
ابن عباس رضي الله تعالى عنهما : لما كانت ليلة التروية ونام, رأى في المنام من
يقول: يا إبراهيم أوف بنذرك, فلما أصبح أخذ يتر وى: أي يتفكر أهو من الله أم من
الشيطان؟ فلذا سمى يوم التروية, فلما أمسى رأى ثانيا في المنام, فلما أصبح عرف أنه
من الله, ولذا سمى ذلك اليوم يوم عرفة, واسم ذلك المكان عرفات, ثم رأى في الليلة
الثالثة مثله, فهم بنحره, ولذا سمى يوم النحر
[5] قَالَ ياأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِيْ إِنْ شَاءَ اللّهُ مِنَ الصّابرين ) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعىَ , (الصفات، 102(
[6] Durottn Nasihin hal. 179 juga sama dengan
pedapatnya Imam Ibnu qodamah dalam Al-Mughni juz 3 hal. 249, walaupn banyak
pendapat lain tentang seperti dalam Hasyiyah
al-Bujairami ala al-Manhaj juz 6 hal 137 Hari
Tarwiyah adalah hari ke-8 bulan Dzulhijjah. Disebut tarwiyah karena pada waktu
itu air sangat melimpah. Sedangkan hari ke-9 Dzulhijjah dinamakan Hari Arafah,
karena pada hari itu diwajibkan bagi jamaah haji untuk wukuf di Arafah. Jika
dilanjutkan, hari ke-10 Dzulhijjah dinamakan Hari Nahr atau Hari Qurban, hari
ke-11 disebut Hari Maqarr (menetap di Mina), hari ke-12 Nafar Awal, dan hari
ke-13 Nafar Tsani. Juga pendapat di fatul mu’in yang mengatakan nama “Arafah”
karena disitulah Nabi Adam dan Siti Hawa “ta’arafa”saling mengenal dan pendapat
lainya.
No comments:
Post a Comment